Setelah tinggal di Belgia selama dua (2) tahun lamanya, saat itu usia patrice evra kecil menginjak yang ketiga (3) dan keluarganya akhirnya harus berpindah lagi. Kali ini tujuan mereka adalah negara yang terkenal dengan menara eiffelnya, perancis atau lebih tepatnya di Les Ulis, sebuah daerah yang terletak dibagian selatan paris. Keluarga mereka pertama - tama menetap didaerah Bergeries sebelum akhirnya beranjak lagi ke Hautes Plaines tidak lama setelahnya. Pemain sepakbola yang nantinya akan menjadi kapten tim nasional perancis ini sendiri tumbuh kembang dengan menganut berbagai nilai berita bola serta budaya Senegal dan tidak lama setelahnya ia mampu menyesuaikan diri dengan norma - norma kebaratan yang tentunya ada di Perancis saat itu. Perancis sendiri saat ini sudah mengalami gelombang kedatangan imigran yang sangat besar, terutama dari daerah timur tengah dan menyebabkan tingkat kriminalitas mereka melonjak tajam pertandingan final piala dunia.
Selanjutnya ketika Patrice Evra menginjak usianya yang kesepuluh (10), pemain sepakbola yang nantinya akan memperkuat manchester united, juventus, dan marseille ini pulang ke kampung halamannya Senegal untuk beberapa saat. Kala itu, Patrice Evra menggambarkan kepulangannya ke tanah kelahirannya tersebut sebagai sesuatu yang tidak bisa dibilang sebagai pengalaman yang menyenangkan lantaran ia pergi kesana untuk menjalani sunat dan padahal sebenarnya persunatan seperti itu juga bisa dilakukan di Perancis dan malah lebih terjamin teknologi, kebersihan, serta perawatannya dibandingkan senegal. Patrice Evra sendiri mengaku hingga saat itu belum lagi pulang kembali kekampung halamannya sejak tahun dua ribu sebelas (2011) kemarin karena mungkin memang pekerjaannya yang memaksa dirinya sibuk menjalani berbagai latihan serta kontrak dengan sponsor, ditambah lagi ia sekarang sudah berkeluarga berita bola dunia sehingga tidak terlalu bebas.
Sebelum pergelaran akbar sepakbola terbesar sejagad, yakni piala dunia tahun dua ribu sepuluh (2010) yang diselenggarakan oleh FIFA selaku federasi persatuan sepakbola seluruh dunia dilakukan di Afrika Selatan, Patrice Evra mengakui bahwa dirinya mendapatkan cemoohan dan juga berbagai ucapan yang bernada rasis dan semuanya dilontarkan kepada dirinya dari para pendukung tim nasional Senegal. Hal tersebut terjadi lantaran Patrice Evra lebih memilih untuk membela Perancis dibandingkan Senegal yang notabene merupakan tempat ia dilahirkan. Tentu saja hal ini sejatinya sama sekali tidak melanggar hukum namun tetap saja para suporter, terutama yang fanatik menganggap keputusannya sebagai sebuah pengkhianatan dan juga mereka mengira bahwa patrice evra tidak menganggap kampung halamannya sendiri sebagai sesuatu yang patut untuk dipertaruhkan. Hal ini sering terjadi terutama dibenua asia dan afrika dan tidak di eropa berita bola indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar